WELCOME

Welcome to my Blog.. HAve Fun And Check it Out..
SEmoga Bermanfaat!!!

Rabu, 03 Oktober 2012

Bab 1 Etika Bisnis


ETIKA DAN BISNIS
1.1  Hakikat Etika dan Bisnis
Menurut kamus, etika adalah prinsip tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok. Selain itu, makna kedua dari etika adalah “kajian moralitas” namun tidak sama persis dengan moralitas karena etika adalah semacam menelaah, baik aktivitas penelaahan maupun hasil-hasil penelaahan itu sendiri, sedangkan moralitas merupakan subjek.
Moralitas
Moralitas dapat didefinisikan sebagai pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah atau baik dan jahat. Dalam beretika kita harus memeruhi standar yang sudah ditentukan. Standar itu berupa standar moral dan non moral. Ciri-ciri standar yang moral, pertama standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia. Kedua, standar moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu. Ketiga, standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk kepentingan diri. Keempat, standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak. Dan yang kelima standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosakata tertentu.
Etika
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar ini masuk akal. Selain itu, etika adalah studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan sejauh apakah standar moral yang diberikan lebih atau kurang benar.
Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Institusi yang paling berpengaruh terhadap masyarakat saat ini adalah institusi ekonomi. Institusi ini didesain untuk mencapai dua tujuan yaitu produksi barang dan jasa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat dan distribusi barang dan jasa ke beragam anggota masyarakat.
Korporasi bisnis dalam bentuknya yang sekarang relatif merupakan jenis institusi yang baru. Sebagai korporasi yang modern, organisasi ini terdiri atas (a) pemegang saham yang menyumbang modal dan memiliki korporasi namun yang liabilitasnya terhadap perusahaan terbatas pada uang yang mereka sumbangkan, (b) direktur dan pimpinan yang mengatur aset korporasi dan yang menjalankan perusahaan beragam level “manajer menengah” dan (c) karyawan yang menyediakan tenaga kerja dan yang mengerjakan pekerjaan dasar yang secara langsung berkaitan dengan produksi barang dan jasa.
Apakah Standar Moral Juga Diterapkan pada Korporasi, ataukah Hanya pada Individu?
Konveksi hukum dan sosial kita misalnya mengatakan bahwa sebuah korporasi ada ketika ada kelompok individu yang memenuhi syarat yang saling setuju untuk bergabung dan melaksanakan tindakan inkorporasi legal yang diperlukan. Konvensi sosial kita juga mengatakan bahwa sebuah korporasi bertindak ketika anggota korporasi yang memenuhi syarat melaksanakan kewajiban yang ditugaskan kepada mereka dalam lingkup otoritas yang telah ditentukan.
Ketika tindakan korporasi berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia, individu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral: individual manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena tindakan korporasi secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika korporasi bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan yang dilakukan yang dilakukan oleh individu dalam korporasi itu, jika korporasi bertindak secara moral, hal ini disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan untuk bertindak secara bermoral
Perusahaan Multinasional dan Etika Bisnis
Karena mareka beroperasi di berbagai negara, perusahaan multinasional dihadapkan pada dilema etis yang unik. Kehadiran mereka di negara berbeda akan memberi mereka kesempatan untuk bebas dari pajak dan kewajiban legal dan sosial lainnya yang digunakan oleh pemerintah lokal untuk mrngontrol aktivitas mereka. Karena beroperasi di negara yang tingkat perkembangannya berbeda-beda dan norma serta standarnya berbeda-beda, mereka harus menentukan risiko dan standar manakah yang secara etis layak untuk negara tertentu. Karena operasi asing mereka menjadi tamu di negaratuan rumah, mereka harus memilih apakah akan bekerja sama dengan tuntukan pemerintah lokal yang secara moral sering dipertanyakan dan bertentangan, ataukah akan berisiko kehilangan beberapa atau seluruh investasi asing mereka.
Apakah Standar Moral yang Sama Diterapkan untuk Perusahaan Multinasional di Semua Tempat?
Relativisme etis adalah teori bahwa karena masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan etis yang berbeda, tidak ada cara yang rasional untuk menentukan apakah sebuah tindakan secara moral benar atau salah kecuali bertanya apakah orang dari masyarakat ini atau itu percaya bahwa tindakan itu secara benar atau salah.
Relativis etis mengingatkan kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan moral yang berbeda, dan kita hendaknya tidak secara sederhana mengabaikan keyakinan moral kebudayaan lain ketika mereka tidak sesuai dengan standar moral kita, namun demikian, relativis etis salah menyimpulkan bahwa semua keyakinan moral secara seimbang dapat diterima dan satu-satunya kriteria tentang baik dan buruk merupakan moral yang hidup dalam masyarakat tertentu.
 Teknologi dan Etika Bisnis
Teknologi terdiri atas metode, proses, dan alatyang ditemukan manusia untuk memanipulasi lingkungan mereka. Sejauh yang tidak pernah direalisasikan dalam sejarah, kontemporer sacara terus-menerus dan radikal diubah oleh evolusi teknologi baru yang cepat yang memunculkan persoalan etis baru bagi bisnis. Contoh kasusnya adalah rekayasa genetika.
1.2  Perkembangan Moral dan Penalaran Moral
Perkembangan Moral
Level Satu : Tahap Prakonvensional
Seorang anak dapat merespon peraturan dan ekspektasi sosial dan dapat menerapkan label-label baik, buruk, benar, dan salah.
Terdiri tahap Orientasi Hukuman dan Ketaatan, dan Orientasi Instrumen dan Relativitas.
Level Dua : Tahap Konvensional
Mempertahankan ekspektasi keluarganya sendiri, kelompok sebaya dan negaranya sekarang dilihat sebagai sesuatu yang bernilai, tanpa memedulikan akibatnya.
Terdiri dari tahap Orientasi Kesesuaian Interpersonal, dan Orientasi Hukum dan Keteraturan.
Level Tiga : Tahap Postkonvensional, Otonom, atau Berprinsip
       Seseorang tidak lagi secara sederhana menerima nilai dan norma kelompoknya. Dia justru melihat situasi dari sudut pandang yang secara adil mempertimbangkan kepentingan setiap orang.
       Terdiri atas tahap Orientasi Kontrak Sosial, dan Orientasi Prinsip Etis Universal
Penalaran Moral
       Penalaran moral mengacu pada proses penalaran di mana perilaku, institusi, atau kebijakan dinilai sesuai atau melanggar standar moral. Penalaran moral melibatkan dua komponen mendasar yaitu pemahaman tentang yang dituntut, dilarang, dinilai atau disalahkan oleh standar moral yang masuk akal dan bukti atau informasi yang menunjukkan bahwa orang, kebijakan, institusi atau perilaku tertentu mempunyai ciri-ciri standar moral yang menuntut, melarang, menilai, atau menyalahkan.
Menganalisis Penalaran Moral
       Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kelayakan penalaran moral (1) penalaran moral harus logis, (2) bukti faktual yag dikutip untuk mendukung penilaian harus akurat, relevan, dan lengkap, (3) standar moral yang melibatkan penalaran moral seseorang harus konsisten
1.3  Argumen yang Mendukung dan yang Menentang Etika Bisnis
Tiga Keberatan atas Penerapan Etika ke dalam Bisnis
      Pertama, beberapa berpendapat bahwa di pasar kompetitif sempurna, pencarian keuntungan dengan sendirinya menekankan bahwa anggota masyarakat berfungsi dengan cara-cara yang paling menguntungkan secara sosial. Kedua, manajer bisnis hendaknya berfokus mengejar keuntungan perusahaan mereka dan mengabaikan pertimbangan etis. Ketiga, keberatan ini ditegakkan untuk menentang penerapan etika dalam bisnis
1.4  Tanggung Jawab dan Kesalahan Moral
Istilah tanggung jawab digunakan untuk mengekspresikan bahwa seseorang disalahkan karena sebuah tindakan. Ada kesepakatan umum bahwa ada dua kondisi yang sepenuhnya menghilangkan tanggung jawab moral seseorang karena menyebabkan kerugian (1) ketidaktahuan dan (2) ketidakmampuan. Selain ittu, faktor yang memperingan tanggung jawab moral seseorang yang tergantung pada kejelasan kesalahan yaitu (a) lingkungan yang mengakibatkan orang tidak pasti, namun tidak juga tidak yakin tentang apa yang sedang dia lakukan, (b) lingkungan yang menyulitkan namun bukan tidak mungkin untuk menghindari melakukannya, (c) lingkungan yang mengurangi namun tidak sepenuhya menghilangkan keterlibatan seseorang dalam sebuah tindakan. (4) merupakn cakupan sejauh mana ketiga lingkungan yang meringankan ini dapat memperkacil tanggung jawab seseorang, tergantung pada tingkat keseriusan kesalahan.
Tanggung Jawab Korporasi
     Para kritikus pandangan tradisional tentang tanggung jawab individual atas tindakan korporasi ini menyatakan bahwa ketika sebuah kelompok terorganisasi seperti korporasi bertindak bersama-sama, tindakan korporasi mereka dapat dideskripsikan sebagai tindakan kelompok dan konsekuensinya, tindakan kelompoklah, bukan tindakan individual yang mengharuskan kelompok bertanggung jawab atas tindakan tersebut.
Tanggung Jawab Bawahan
     Ketika seorang atasan memerintahkan seorang karyawan untuk melakukan sebuah tindakan yang mereka ketahui salah, karyawan secara moral bertanggung jawab atas tindakan itu jika dia melakukannya. Jadi, atasan juga bertanggung jawab secara moral karena dalam memerintahkan karyawan, karyawan dengan sadar dan bebas melakukan tindakan yang salah dengan karyawan sebagai instrumen. Fakta bahwa atasan menggunakan manusia untuk melaksanakan tindakan yang salah tidak mengubah fakta bahwa atasan melakukannya.

Tidak ada komentar: